Notification texts go here. Contact Us Buy Now!

Pendekar Bunga Cinta Chapter 57

NIC

Dia sudah rapi berkemas dan menunggu kedua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu, namun kedua dara yang ditunggu itu tetap tidak perlihatkan diri, sampai Pouw Keng Thian memanggil seorang pelayan buat membangunkan kedua dara teman seperjalanannya.

Pelayan itu berdiri terpesona mengawasi pemuda tamunya, setelah itu baru dia berkata :

“Bukankah siangkong tahu bahwa mereka batal menginap, dan sudah berangkat sejak semalam.,.?”

Sekarang ganti Pouw Keng Thian yang berdiri terpesona, diam tak bersuara dan tak bergerak seperti sebuah patung. Bahkan dia bagaikan tak percaya dengan perkataan yang didengarnya dari si pelayan itu. Setengah berlari Pouw Keng Thian mendatangi kamar dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu, namun dia mendapatkan kamar itu benar-benar tidak ada penghuninya. Dan waktu dia mendatangi pengurus tempat penginapan, maka mendapat keterangan yang sama seperti yang dikatakan oleh si pelayan tadi; hanya sebagai penambah, dikatakan bahwa sewa kamar sudah dilunaskan oleh kedua dara dara 'yang aneh' itu.

000x000 (. ) 000X000

SESUNGGUHNYA Pouw Keng Thian tidak mengetahui bahwa semua yang dia alami bukanlah terjadi dalam mimpi belaka. Tanpa sadar pemuda itu sudah terkena semacam obat bius 'yang yen hui' yang diberikan kedua dara dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu, dicampur didalam arak yang menyebabkan Pouw Keng Thian lupa daratan, kena rangsang dan bermain cinta bagaikan berada dalam alam mimpi.

Kedua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu adalah merupakan anggota inti persekutuan Hong bie pang khusus yang berada dibawah pimpinan Hong bie niocu alias Lie Bie Nio atau isterinya Gan Hong Bie.

Kedua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu sedang melakukan tugas dari Hong bie-niocu, dan mereka bertemu dengan pemuda Pouw Keng Thian yang tampan dan muda usia yang lalu mereka jadikan 'teman iseng’ selama mereka melakukan perjalanan; sedangkan dusun Soen kee po itu justru menjadi tempat tujuan mereka. Sehingga mereka meninggalkan dan tidak menghiraukan lagi pemuda Pouw Keng Thian, oleh sebab itu pada saat itu juga mereka harus menemui seorang tokoh kenamaan dikalangan rimba persilatan, khususnya bagi golongan hitam. Tokoh kenamaan yang hendak ditemui oleh dara Gan Leng Soan berdua dara Kwa Leng Cu itu, sebenarnya adalah Leng hoat taysu, seorang tua yang sakti berasal dari gunung Hong san; namun yang pada saat itu sedang berada didusun Soen kee po, menjadi tamu dari si hantu muka hitam Gouw Sun Beng, yang terkenal kejam dan banyak anak buahnya.

Didusun Soen kee po itu, kedua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu tidak berani mengulang perbuatan mereka terhadap Pouw Keng Thian, bahkan mereka tidak berani berada bersama-sama dengan pemuda itu; khawatir dilihat oleh anak buahnya Gouw Sun Beng dan dilaporkan kepada si hantu muka hitam, dengan kemungkinan diteruskan kepada Hong bie niocu.

Setelah bertemu dengan Leng hoat taysu, maka kedua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu menyerahkan surat dari Hong bie niocu.

Meskipun tidak menjadi muridnya Leng hoat taysu, tetapi Hong bie niocu atau Lie Bie Nio pernah mendapat tambahan pelajaran ilmu silat dari orang tua yang sakti itu, yang dia panggil paman, tetapi tidak pantang untuk mereka berdua melakukan perbuatan maksiat; bahkan dari kakek yang sakti itu, Lie Bie Nio berhasil belajar membikin 'obat kuat' buat menambah napsu laki laki maupun perempuan.

Didalam isi suratnya itu, Hong bie niocu mengharapkan supaya Leng hoat taysu mau membantu usahanya, untuk memperkuat persekutuan Hong bie pang; dan Hong bie niocu kemudian mengharapkan juga bantuan dari Leng hoat taysu, untuk menghubungi sebanyak mungkin teman teman sealiran, supaya mereka semuanya mendukung persekutuan Hong-bie pang. Selanjutnya dikatakan pula didalam suratnya, bahwa persekutuan Hong bie pang mendapat dukungan dari seorang 'Pangeran' yang mempunyai harapan bakal menggantikan menjadi raja dan nama 'pangeran' itu sengaja tidak dicantumkan didalam surat itu, namun akan diberitahukan secara lisan kalau Leng-hoat taysu sudah bertemu dengan Hong bie niocu.

Garis besar pokok tujuan persekutuan Hong bie pang adalah hendak menggulingkan pemerintah kerajaan yang sekarang, bergerak diwilayah Tiongkok selatan dan tengah, dengan mendapat bantuan secara diam-diam dari "Pangeran" yang katanya kelak bakal menggantikan menjadi raja itu, dan yang menjanjikan 'kedudukan baik' bagi segenap anggota inti Hong bie pang kalau gerakan mereka ini akan membawa hasil.

“He he he ! Tak kusangka si Ah-bie dan lakinya pintar melakukan pekerjaan besar ..." kata Leng hoat taysu yang waktu itu sedang ditemui Gouw Sun Beng; sementara sepasang matanya yang liar menjadi blingsatan waktu melihat kecantikan dara dara Gan Leng Soan berdua Kwa Leng Cu yang berdiri dengan sikap hormat.

Si hantu muka hitam Gouw Sun Beng turut melirik ke arah dara Gan Leng Soan berdua dara Kwa Leng Cu, dan si hantu muka hitam Gouw Sun Beng kemudian menjadi tertawa melihat lagak Leng-hoat taysu yang semakin tua semakin jadi; sementara Leng hoat taysu kemudian ikut tertawa, membikin kedua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu jadi tersenyum nakal.

Melihat senyum-senyum yang nakal itu maka si hantu muka hitam Gouw Sun Beng lalu meraih dan menarik sebelah tangan dara Kwa Leng Cu, membikin dara Kwa Leng Cu terduduk diatas pangkuan si muka hitam, namun dara Kwa Leng Cu meronta manja sambil dia perdengarkan suara nakal yang membakar.

"Gouw susiok, janganlah kau mengganggu kami yang lemah tidak berdaya. "

Si hantu muka hitam Gouw Sun Beng tidak menghiraukan. Matanya mengawasi Leng hoat taysu yang waktu itu sudah meraih dan menarik sebelah lengan dara Gan Leng Soan.

Kedua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu memang merupakan dara dara yang cantik. Akan tetapi si hantu muka hitam Gouw Sun Beng memilih dara Kwa Leng Cu yang dia lihat lebih montok dan tubuhnya kelihatan lebih kuat dari pada Gan Leng Soan yang lebih ramping.

Dilain pihak, dara Gan Leng Soan sebenarnya merasa kecewa, karena dia mendapat pasangan berupa Leng hoat taysu yang umurnya lebih tua dari si hantu muka hitam Gouw Sun Beng; bahkan Leng hoat taysu lebih kurus, tidak seperti Gouw Sun Beng yang memiliki otot otot baja meskipun mukanya hitam menyeramkan, ditambah dengan muka yang penuh berewok pendek tajam.

Namun demikian, dara Gan Leng Soan takut terhadap Hong bie niocu kalau dia menolak kehendak Leng hiat taysu, dari itu dia membiarkan dirinya ditarik sampai dia terduduk diatas pangkuan orang tua itu, lalu dengan lagak manja dan merangsang, dia menuang arak dan membiarkan si kakek minum sebanyak yang si kakek sanggup minum, sehingga kalau si kakek mabok, tentu tak sanggup lagi si kakek mengajak dia bermain cinta.

Akan tetapi, si kakek ternyata sangat kuat minumnya. Tidak kelihatan tanda-tanda si kakek mabok, sampai kemudian si kakek tidak sabar lagi mengajak dara Gan Leng Soan masuk kedalam kamar, tanpa menghiraukan si hantu muka hitam Gouw Sun Beng tertawa; sampai dilain saat Gouw Sun Beng juga memboyong dara Kwa Leng Cu memasuki kamar yang lain.

Dilain pihak, Pouw Keng Thian meneruskan perjalanannya seorang diri dengan hati hampa seolah-olah dia kehilangan sesuatu yang dia anggap sangat berharga, berhubung dengan menghilangnya kedua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu, yang pergi tanpa meninggalkan pesan.

Disepanjang perjalanannya itu, tak hentinya Pouw Keng Thian berpikir kalau-kalau dia telah membikin kesalahan, atau telah menyinggung perasaan kedua dara-dara itu yang mengakibatkan kedua dara-dara itu pergi ngambek.

Untuk menghilangkan rasa kesal didalam hatinya, maka dilain saat, Pouw Keng Thian melakukan perjalanannya yang sangat cepat, sehingga memaksa dia harus mencurahkan segala perhatiannya kepada perjalanan yang sedang dia tempuh; sampai mendadak dia menghentikan lari kudanya, karena dihadapannya membentang suatu kancah pertempuran !

Pertempuran itu dilakukan oleh siorang pengemis yang sudah cukup tua umurnya, sudah lebih dari limapuluh tahun, melawan lima orang lelaki bermuka garang dan bertubuh kuat penuh otot. Sementara disisi jalan terdapat sebuah kereta kuda tanpa ada saisnya.

Sekilas terpikir oleh Pouw Keng Thian, mungkin kereta kuda itu dikendalikan oleh si pangemis tua, yang kemudian dihadang lima orang lelaki yang sedang mengepung itu. Tetapi untuk apa mereka menghadang ? Apakah yang hendak dirampok dari seorang pengemis ?

Namun demikian, hati nuraninya memerintahkan Pouw Keng Thian supaya dia memberikan bantuan bagi si pengemis tua, dari itu dia lompat turun dari kudanya dengan golok siap ditangannya lalu dia memasuki kancah pertempuran, hingga sampai pada saat berikutnya dia berdiri punggung menempel punggung dengan si pengemis itu.

"Ha ha ha ! Bagus kau datang anak muda," kata si pengemis tua itu dengan disertai tawa ria; lalu pada tiap kesempatan dia berkata perlahan kepada Pouw Keng Thian

:

' . , .. kalau kau rela membantu, kau tolong larikan kereta kuda itu. Lima musuh ini biar aku seorang diri yang menghadapi ..."

Sejenak Pouw Keng Thian menjadi ragu-ragu, akan tetapi segera terpikir olehnya, bahwa isi kereta kuda yang tertutup kain tenda itu, tentunya merupakan barang berharga bagi si pengemis tua itu diselamatkan; sehingga dia terus menanya :

“Kemana dan kepada siapa harus kuserahkan kereta itu

... ?" demikian dia menanya; sambil dia menghalau serangan seorang musuh.

"Kepada siapa saja dikota yang terdekat dari sini ..." sahut si pengemis tua, sambil dia menyerang musuh yang tadi menyerang Pouw Keng Thian; dan tongkatnya yang semacam linggis, kelihatan sangat ditakuti oleh pihak lawannya.

Semakin kuat dugaan Pouw Keng Thian tentang isi kereta yang tentunya merupakan barang penting yang perlu diselamatkan; dari itu segera dia membuka jalan dari kepungan, setelah itu dia mendekati kudanya buat dia mengambil bungkusan bekalnya, menyusul kemudian dia lari mendekati kereta kuda itu. Seorang musuh rupanya mengetahui niat Pouw Keng Thian. Musuh itu lompat hendak menyusul, namun dia jatuh terguling karena kakinya kena sebuah peluru besi yang dilepaskan oleh si pengemis tua; dari itu dengan bebas Pouw Keng Thian naik ketempat sais, lalu dia larikan kereta kuda itu.

Belum jauh Pouw Keng Thian larikan kereta kuda itu, secara mendadak dia merasakan adanya angin serangan yang datang dari arah belakangnya. Pemuda ini miringkan tubuhnya, membiarkan ujung pedang lewat dekat kepalanya; selanjutnya sebelah tangan kiri Pouw Keng Thian bergerak menyambar tanpa dia melihat orang yang menyerang dia, sebab dia perhatikan larinya kuda-kuda kereta.

Telapak tangan kiri Pouw Keng Thian telah berhasil memukul bagian dada penyerangnya, disusul dengan terdengarnya suara perlahan yang menahan rasa sakit dari sipenyerang itu; akan tetapi suara itu adalah suara seorang perempuan, sementara Pouw Keng Thian merasakan bahwa dia memukul bagian yang lembut dari dada si penyerang.

Segera teringat oleh Pouw Keng Thian, bahwa didalam mimpinya dia pernah memegang buah dada dara dara Kwa Leng Cu dan Gan Leng Soan !

Getting Info...

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.