Notification texts go here. Contact Us Buy Now!

Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 91

NIC

Baiklah, biar begini saja, akan kuterima kau sebagai murid cadangan.

Nanti setelah kau lapor kepada gurumu barulah mengadakan upacara pengangkatan guru secara resmi." Peng-say sangat girang, cepat ia berlutut dan menyembah tiga kali.

Mulai saat ini dia sudah diakui sebagai murid Sau Ceng-hong.

"Dan dimana Siang-jing-pik-lok itu?" tanya Sau Ceng-hong setelah membangunkan Peng-say.

"Berada pada adik Leng," jawab Peng-say.

"Suhu, marilah kita menyelamatkan adik Leng." "Kutahu, kau jangan kuatir," kata Ceng-hong.

Selagi Peng-say hendak menjelaskan tentang Cin Yakleng bukanlah Sau Kim-leng, dilihatnya Sau Ceng-hong telah berpaling dan memanggil; "Lo-kiat.

A-hoat, Hiang-ji, keluarlah semua!" Maka dari balik tembok sana segera muncul serombongan orang, yaitu anak murid Lam-han.

Kiranya sejak tadi mereka sudah berada disitu, tapi Sau Ceng-hong menyuruh mereka bersembunyi dibalik tembok, sesudah Soat Ko-hong pergi barulah mereka disuruh muncul.

Sedapatnya Sau Ceng-hong tidak ingin membikin malu si bungkuk di depan orang banyak.

Kiau Lo-kiat dan lain2 sangat gembira, katanya: "Selamat Suhu telah berhasil mendapatkan seorang Sute yang mempunyai hari depan yang gilang gemilang." Dengan senang Sau Ceng-hong berkata: "Peng-say beberapa Suhengmu ini sudah pernah kau lihat.

Mereka lapor padaku, berkat perlindunganmu sehingga ketika mereka tertutuk oleh Ciamtay Cu-ih dan ditinggal pergi menggeletak ditengah jalan tidak sampai diinjak2 orang atau dicelakai musuh.

Mereka sama berterima kasih atas tindakanmu tempo hari itu.

Sekarang silakan kalian berkenalan secara reami." Kiau Lo-kiat, si kakek kecil adalah Jisuko atau kakak guru kedua, lelaki yang bertubuh tinggi besar adalah Samsuko Nio Hoat, yang berdandan seperti kuli adalah Sisuko Si Tay-cu.

yang selalu membawa swipoa adalah Gosuko Ko Kin-beng, Lak-suko ialah si kera, Kang Ciau-lin Semuanya adalah tokoh2 yang sukar dilupakan bilamana sudah pernah melihat mereka.

Selain itu masih ada Jitsuko To Kun, Patsuko Lo Engpek, kedua ini masih muda belia, tapi juga lebih tua setahun dua tahun daripada Soat Peng-say.

Satu persatu Peng-say memberi hormat kepada para Suheng itu.

Mendadak dibelakang Sau Ceng-hong ada orang mengikik tawa dan berkata dengan suara nyaring: "Kohtia (paman), lalu aku ini terhitung Suci atau Sumoay?" "Usiamu lebih muda daripada Peng-say, sudah tentu Sumoay," jawab Ceng-hong dengan tertawa' "Toasuko juga lebih muda daripada Jisuko, mengapa Jisuko malah menyebut Suheng kepada Toasuko yang jauh lebih muda itu?" kata Leng Hiang.

"Soalnya Toa-sukomu masuk perguruan lebih dulu daripada Lo-kiat," jawab Sau Ceng-hong, "Jika begitu aku kan jauh lebih dulu masuk perguruan daripada dia"." kata Leng Hiang dengan tertawa sambil menuding Peng-say.

"Seharusnya dia panggil Suci padaku." Ceng-hong menggeleng, tuturnya dengan tertawa; "Selagi dia masih dalam kandungan ibunya secara lisan sudah kuterima dia sebagai murid.

Maka kalau bicara tentang dulu dan belakangnya masuk perguruan.

kau lebih2 harus memanggil Suheng padanya." "Wah, sialan!" gerundel Leng Hiang.

'Kukira akan ada orang memanggil Suci padaku, siapa tahu tetap menjadi Siausumoay.

Tampaknya nasibku ini memang harus menjadi Siausumoay selama hidup dan tak bisa berubah lagi." Banyolan ini membuat semua orang bergelak tertawa.

Leng Hiang lantas menyambung pula: "Kohtia, Toasuko bersembunyi ditempat ini untuk merawat lukanya.

sekarang dia kena satu pukiulan pula oleh si bangsat tua Ciamtay Cu-ih, keadaannya mungkin sangat berbahaya, lekas diperiksa." Sau Ceng-hong berkerut kening sambil menggeleng, katanya: "Kin-beng, Tay-cu, coba kalian menggotong keluar Toasuko " Ko Kin-beng dan Si Tay-cu mengiakan berbareng dan segera melompat masuk kedalam kamar.

Tapi segera terdengar pula seruan mereka: "Suhu, Toasuko tidak terdapat disini.

Di.

didalam kamar tidak ada orang." Menyusul keadaan didalam kamar lantas terang, mereka telah menyalakan lilin.

Tambah kencang Sau Ceng-hong berkerut kening.

Dia tidak suka masuk ke tempat pelacuran yang kotor ini, maka ia lantas berkata pula kepada Kiau Lo-kiat: "Coba kau periksa ke dalam." Kiau Lo-kiat mengiakan dan mendekati jendela.

"Akupun ikut." seru Leng Hiang.

Cepat Ceng-hong menarik tangan si nona dan berkata: "Jangan sembrono.

tidak boleh kau masuk ke tempat begini." Hampir menangis Leng Hiang siking cemasnya, katanya: "Akan tetapi Toa-suko ter.

terluka parah, mungkin ....

mungkin jiwanya terancam .

" "Jangan kuatir," kata Ceng-hongg dengan pelahan, "Dia sudah dibubuh obat luka siong-san-pay, tidak akan mati," Kejut dan girang Leng Hiang, katanya; "Kohtio dari ....

darimana kau tahu?" "Ssst, jangan banyak omong!" desis Ceng-hong.

00- 0d0w0- 00 Kiranya pikiran Sau Peng-lam masih cukup sadar meski terluka parah, ia dapat mendengarkan pembicaraan antara Soat Ko-hong dengan Ciamtay Cu-ih.

Sesudah mereka pergi, lalu didengarnya pula kedatangan sang ayah angkat dan juga gurunya, yaitu Sau Ceng-hong.

Peng-lam tidak takut kepada siapapun, satu2-nya orang yang ditakuti di dunia ini ialah ayah angkatnya.

Maka ketika mendengar sang ayah angkat sedang bicara dengan Soat Ko-hong, segera hatinya kebat-kebit, ia tidak tahu cara bagaimana dirinya akan dihukum oleh ayah angkatnya gara2 perbuatannya ini, seketika ia menjadi lupa rasa sakitnya, cepat ia memberosot keluar dari selimut dan mendesis kepada Gi-lim berdua "Wah, celaka, ayah angkatku datang, lekas kita lari." Dengan sempoyongan ia lantas menyelinap keluar kamar dengan merambat dinding.

Cepat Fifi menarik Gi-lim dan ikut lari keluar.

Dilihatnya jalan Sau Peng-lam ter-huyung2, berdiri saja hampir tidak kuat.

Cepat mereka memburu maju dan memayangnya dari kanan dan kiri.

Sekuatnya Peng-iam merahan rasa sakit dan berjalan ke depan, setelah lewat satu serambi panjang, ia pikir betapa tajam mata-telinga sang ayah angkat, begitu keluar pasti akan ketahuan.

Dilihatnya di sebelah kanan ada sebuah kamar besar, tanpa pikir ia terus melangkah masuk kesitu, katanya: "Tutup.

,tutup pintu dan jendelanya." Cepat Fifi melaksanakan permintaan itu.

Peng-lam tidak tahan lagi, ia terus merebahkan diri di tempat tidur dengan napas ter-engah2.

Ketiga orang diam saja.

selang agak lama barulah terdengar suara Sau Ceng-hong di kejauhan- "Dia sudah tidak berada disini, marilah kita pergi!"' Peng-lam menghela napas lega.

Selang sejenak pula, tiba2 terdengar suara orang datang dengan langkah berjinjit2 disertai suara panggilan yang setengah tertahan; "Toasuko.

Toasuko ....." jelas itulah suara Kang Ciau-lin, si kera.

Rupanya dia masih menguatirkan keselamatan Sau Peng-lam, setelah Suhu dan para Suhengnya pergi, diam2 ia putar balik sendiri untuk mencari.

Diam2 Peng-lam merasa terharu, ia anggap betapa pun Lak-sute ini memang berbudi luhur.

Segera ia bermaksud bersuara menjawab pangggilan Kang Ciau-lin itu, tapi mendadak serasa kelambu tempat tidur itu ber-gerak2, agaknya Gi-lim menjadi gemetar demi mendengar suara orang.

"Apabila aku bersuara, tentu nama baik Siau- suhu ini akan tercemar," demikian pikir Peng-lam.

Maka dia urung menjawab.

Didengarnya Kang Ciau-lin berjalan lewat diluar jendela masih terus memanggil "Toasuko", akhirnya semakin jauh dan tidak terdengar lagi suaranya.

"Hei, Sau Peng-lam, apakah kau akan mati?" tiba2 Fifi bertanya.

"Mana bisa aku mati?" jawab Peng-lam, "Kalau aku mati, kan bisa bikin malu nama baik Siong-san-pay dan aku pun merasa berdosa kepada mereka." "Aneh, sebab apa?" tanya Fifi heran.

"Obat mujarab Siong-san-pay telah dibubuhkan pada lukaku dan juga telah kuminum, kalau tak dapat menyembuhkan diriku, kan aku ini terlalu berdosa kepada .

kepada Siau-suhu dari Siong-san-pay ini?" Diam2 Gi-lim sangat kagum terhadap kegagahan Sau Peng-lam, dalam keadaan terluka parah begitu masih sanggup bergurau.

"Sau-toako," katanya kemudian, "Ciamtay-wancu telah memukul Kau satu kali, coba kuperiksa lukamu." Segera Peng-lam hendak bangun berduduk.

Cepat Fifi mencegahnya: "Sudahlah, jangan sungkan, boleh tetap rebah saja." Peng-lam memang merasakan sekujur badan tak bertenaga lagi dan tidak sanggup berduduk, terpaksa ia tetap berbaring di tempat tidur.

Melihat baju Peng-lam penuh berlepotan darah, Gi-lim tidak menghiraukan lagi adat kolot yang melarang perempuan berdekatan dengan lelaki.

Pelahan ia membuka baju luar Peng-lam, ia mengambil sepotong handuk dan membersihkan darah pada lukanya.

lalu mengeluarkan salep untuk memolesi luka Peng-lam.

"Obat yang sukar dicari ini apakah tidak terbuang sia2 dihamburkan pada tubuhku?" kata Peng-lam dengan tertawa.

"Sau-toako terluka demi membela diriku, jangankan cuma sedikit obat yang tak berarti ini, sekalipun .

sekalipun.

" sampai di sini, Gi-lim merasa sukar untuk melanjutkan.

setelah gelagapan, kemudian ia menyambung: "Sampai Suhu juga memuji keluhuran budimu dan kegagahanmu, lantaran itu Suhu ribut mulut dengan Ciamtay-wancu." "Memuji sih tidak perlu.

asalkan tidak me-maki2 diriku saja aku sudah bersyukur," ujar Peng-lam dengan tertawa.

"Mana .

mana bisa Suhu memaki kau?" kata Gi-lim.

"Sau-toako, kau harus istirahat sedikitnya 12 jam, asalkan lukamu tidak kambuh lagi tentu tidaklah menjadi soal." Tiba2 Fifi berkata: "Enci Gi-lim, hendaklah kau tinggal disini untuk menjaga kemungkinan datangnya orang jahat.

Kakek sedang menunggu diriku.

aku harus kembali kesana untuk menemui kakek." "Eh, jangan!" seru Gi-lim gugup.

"Mana, boleh aku ditinggalkan sendirian disini?" "Bukankah Sau Peng-lam juga berada disini masa kau bilang sendirian?" ujar Fifi dengan tertawa.

Habis berkata ia terus melangkah pergi.

Keruan Gi-lim kelabakan.

cepat ia melompat kesana dan menarik lengan anak dara itu.

Karena gugupnya, yang digunakan adalah Kim-na-jiu-hoat atau ilmu memegang dan menangkap Siong-san-pay.

"Kau ..

, kau jangan pergi," seru Gi-lim sambil mencengkeram lengan Fifi.

"Wah, apakah kau ingin berkelahi denganku?" goda Fifi dengan tertawa.

Getting Info...

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.